Kamis, 20 Desember 2012

Bukhara, Uzbekistan

Bukhara Kota Peradaban Islam
BUKHARA, salah satu kota penting dalam sejarah peradaban Islam, merupakan kota yang dikenal sebagai gudang pengetahuan. Bahkan sastrawan Iran, Ali Akhbar Dehkoda menjuluki Bukhara sebagai “pemilik pengetahuan” dan “sumber pengetahuan”.

Bukhara juga sebagai tanah kelahiran sederat ilmuwan besar. Di antara tokoh-tokoh besar asal Bukhara itu, antara lain Imam Bukhari dan Ibnu Sina. Mereka telah memberi kontribusi yang besar bagi perkembangan agama Islam dan ilmu pengetahuan di Bukhara. Pada era keemasan Dinasti Samanid, Bukhara juga menjadi pusat intelektual dunia Islam. Saat itu, di kota Bukhara bermunculan madrasah-madrasah yang mengajarkan ilmu pengetahuan. Dinasti Samanid pun mulai memperbaiki sistem pendidikan umum.

(Ibnu Sina, salah satu tokoh kenamaan muslim asal Bukhara yang diakui dunia)

Di setiap perkampungan berdiri sekolah. Keluarga yang kaya-raya mendidik putera-puterinya dengan sistem home schooling atau sekolah di rumah. Anak yang berusia enam tahun mulai mendapat pendidikan dasar selama enam tahun. Setelah itu, anak-anak di Bukhara bisa melanjutkan studinya ke madrasah. Pendidikan di madrasah dilalui dalam tiga tingkatan, masing-masing selama tujuh tahun.

Keseluruhan pendidikan di madrasah harus ditempuh selama 21 tahun. Para siswa mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, mulai ilmu agama, aritmatika, jurisprudensi, logika, musik, serta puisi. Geliat pendidikan di Bukhara itu telah membawa pengaruh yang positif dalam penyebaran dan penggunaan bahasa Persia dan Uzbek. Tak heran, kemampuan penduduk Bukhara dalam menulis, menguasai ilmu pengetahuan serta keterampilan berkembang pesat.

Di tanah Bukahara pun kemudian lahir sederet ulama dan ilmuwan Muslim termahsyur. Nama Bukhara berasal dari bahasa Mongol, yakni ‘Bukhar’ yang berarti lautan ilmu. Kota penting dalam jejak perjalanan Islam itu terletak di sebelah Barat Uzbekistan, Asia Tengah. Wilayah itu, dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Wa Wara’ an-Nahr atau daerah-daerah yang bertengger di sepanjang Sungai Jihun. Letak Bukhara terbilang amat amat strategis, karena berada di jalur sutera.

Tak heran, bila sejak dulu kala Bukhara telah menjelma menjadi pusat perdagangan, ilmu pengetahuan, budaya, dan agama. Di kota itulah bertemu pedagang dari berbagai bangsa di Asia barat termasuk Cina. Ciri khas arsitektur bangunan yang indah dengan design dari abad 18 merupakan tempat perdagangan dan masih tampak seperti bangunan asli. Mereka berdagang seperti yang dahulu telah dilakukan leluhur mereka ratusan tahun yang lalu. Perdagangan adalah kehidupan pada masyarakat Bukhara.

Berdagang adalah kehidupan masyarakat di Bukhara. Pagi hari tidak terlalu dini juga bagi mereka untuk memulai berdagang bahkan banyak di antara mereka yang masih remaja dan anak-anak. Semangat mereka sangat tinggi dan mereka siap berkapitalisasi untuk melakukan penjualan. Pedagang dari Asia Barat dan Cina bertemu di kota itu.

Di kota Bukhara pun berkembang bisnis pembuatan kain sutera, tenunan kain dari kapas, karpet, katun, produk tembaga, dan perhiasan dari emas serta perak dengan berbagai bentuk. Bukhara pun kesohor sebagai pasar induk yang menampung produk dari Cina dan Asia Barat. Selain itu, karena berada di sekitar Sungai Jihun, tanah Bukhara pun dikenal sangat subur. Buah-buahan pun melimpah. Kota Bukhara terkenal dengan buah-buahan seperti Barkouk Bukhara yang terkenal hampir seribu tahun.

Geliat bisnis dan perekonomian pun tumbuh, tak heran, bila kemudian nama Bukhara makin populer. Salah satu yang merusak hal ini adalah masa Uni Sovyet abad 20 Perdagangan besar Bukhara disingkirkan oleh Sovyet. Namun, sekarang mulai berkembang dan diserahkan lagi sepenuhnya pada pemerintah. Perdagangan adalah darah masyarakaat Bukhara. Bukhara di Era Modern meski masa kejayaannya telah berlalu pada abad ke-13 M, Bukhara masih memegang peranan yang penting di abad ke-19 M. Pada tahun 1833, Bukhara tetap menjadi bagian yang penting dalam kehidupan keagamaan dan budaya di kawasan tersebut. Madrasah-madrasah di Bukhara masih terkenal hingga ke Turkistan.

Pelajar-pelajar dari Khiva, Kokand, Gissar bahkan dari Samarkand dan kawasan Tatar berbondong-bondong belajar ke Bukhara. Ada sebanyak 60 madrasah di Bukhara yang sukses maupun kurang sukses. Memasuki era modern, Bukhara berada di bawah kekuasaan Rusia. Bukhara pun dijadikan semacam bidak catur dalam ‘permainan besar’ antara Rusia dengan Inggris. Kota itu benar-benar merdeka selama revolusi komunis. Namun, Bukhara akhirnya masuk dalam kekuasaan Uni Soviet. Rusia yang mendukung Uzbekistan atas Tajiks menyerahkan kota yang secara tradisional berbahasa dan berbudaya Iran, yakni Bukhara dan Samarkand kepada Uzbekistan. Sumber : ilmuwan islam.com/berbagai macam sumber/ Tria Dianti

Source:
http://www.jurnas.com/news/6882/Bukhara_Kota_Peradaban_Islam/224/Sosial_Budaya

1 komentar:

  1. Casino games on king slot machine | The best casino game
    A real jordan 18 white royal blue guide find air jordan 18 retro racer blue to playing the most popular slots and jackpots online. Find out how to play on king slot jordan 18 white royal blue shipping machine for how to get air jordan 18 retro free at Jordan8-retro. show to get air jordan 18 retro men

    BalasHapus