Bismillaah..
Kali ini, #ANNISA penuh makna akan berbagi cerita super inspiratif sebagai pembuka ramadhan ukhtiy-ukhtiy sholehah.
Sebuah cerita nyata tentang pentingnya berprasangka baik kepada sesama muslimah.
***
Sebut saja namanya Diya.
Diya adalah seorang mahasiswi di suatu kampus. Sosoknya begitu pediam, dingin dan penyendiri. Ada satu predikat yang melekat cukup kuat pada gadis berjilbab itu. ANEH binti PLIN-PLAN. Keanehannya muncul bisa jadi karena Diya tidak memiliki seorangpun teman dekat yang mengetahui latar belakang dirinya. Baik di kampus, maupun di wisma. Tak ada yang mengerti darimana Diya berasal, bagaimana keluarganya, apa yang membuatnya selalu diam dan menyendiri. Entahlah. Tak ada yang mengerti atau mungkin tak ada yang ingin ambil pusing, atau bisa jadi Diya memang tak ingin di mengerti oleh siapapun.
Saat awal menjadi mahasiswa baru di kampusnya, Diya adalah satu dari segelintir perempuan berjilbab yang melengkapi pakaiannya dengan cadar. Itulah yang membuat sosoknya sangat beda di antara yang lainnya. Tapi karena perbedaan itulah, sosok Diya yang aneh semakin menjadi bahan omongan teman-teman di kampusnya.
Semakin lama, teman-teman Diya merasa ada yang tidak beres dengan sosok ini. Bagaimana tidak..?? Terkadang Diya menghilang beberapa hari. Entah kemana. Tak ada yang tahu. atau..yah, lagi-lagi, tak ada yang mau tahu. Belum lagi setelah dirinya yang lenyap entah terbawa apa, tiba-tiba suatu hari Diya kembali muncul di kampus dengan kostum yang mengagetkan. Ia melepas cadarnya. Tidak lagi memakai gamisnya. Tidak lagi menggunakan jilbab super lebar dan besarnya. Ia hanya mengenakan atasan di padu dengan rok dan sebuah jilbab yang setidaknya tetap menutupi dada.
Dan hal itu, pasti akan terus berulang kurang lebih 2-3 bulan sekali. Kadang datang dengan cadar dan pakaian super besarnya itu. Kadang ia menghilang. Lalu kembali seolah menjadi sosok orang lain dengan nama yang sama. DIYA.
Sudah banyak yang menasihatinya. Bahkan tak jarang mereka tak mau ambil pusing dan memilih untuk membicarakan keanehan Diya di belakang, menggunjingnya dan membuat sebuah keputusan kalau Diya itu sangat tidak berprinsip. Semua itu berlalu begitu saja, karena toh Diya tak pernah ambil pusing dengan apa yang selama ini ia dengar. Diya hanya tersenyum tiap kali ada yang bertanya. Diya hanya tersenyum tiap kali ada yang menyindirnya atau bahkan terang-terangan mengatakan kalau Diya itu tidak punya prinsip, sok alim dan berbagai “kutukan” lainnya.
Sampai akhirnya, Diya bertahan cukup lama menggunakan baju potongan itu dan melepaskan cadarnya. Tidak seperti biasanya, yang paling hanya butuh beberapa hari untuk kembali menjadi sosok Diya yang tertutup rapi dengan cadar. 2 minggu sudah, sosok baru Diya muncul di kampus dan wisma. Semua orang sudah malas dengan sikap Diya, tapi mereka tak bisa memungkiri kalau sikap diam Diya itu begitu mengundang rasa penasaran mereka. Tak ingin berlarut dalam proses ghibah, maka teman-teman wismanya pun memutuskan untuk menasihati Diya di waktu yang bersamaan.
Dan kali ini, ada yang berbeda dari sosok Diya.
Ia hanya diam. Bahkan tak tersenyum. Menunduk lama. Lalu pergi meninggalkan kerumunan teman-teman wisma yang sedang sibuk menasihati Diya. Tidak cukup lama ia pergi. Akhirnya ia kembali sambil membuka sebuah koper.
Saat itu, semua orang hanya bisa terbelalak. Kaget. Memilih untuk membungkam mulut mereka rapat-rapat.
Beberapa stel gamis, jilbab besar dan cadar milik Diya terlihat sobek-sobek tak berbentuk.
Suasana hening. Hanya bisa terdiam. Dan kini semua sama-sama menunduk. Tak terkecuali Diya.
Sampai akhirnya Diya mengeluarkan suara lembutnya.
“Orang tua ku belum mengizinkan aku menggunakan pakaian-pakaian ini. sejak awal aku memutuskan memakai cadar hingga detik ini, mereka belum memberikan izinnya. Makanya, setiap kali aku pulang pada akhir pekan, mereka akan mengambil semua gamisku dan mengguntingnya hingga tak bisa lagi kugunakan. Dan ketika kembali dari rumah, aku harus mengumpulkan uang dulu dengan mengajar privat agar bisa kembali membeli gamis dan cadar itu. Seperti itu terus yang terjadi hingga detik ini. itulah mengapa aku terkadang menghilang dari kampus, terkadang aku tak memakai cadar. Karena perjuanganku belum selesai, ukhtiy.”
Singkat. Padat. Jelas. Dan membuka segala tabir keanehan yang melekat dalam diri Diya selama ini.
“Tapi itu tak mengapa. Karena aku akan terus berjuang. Berjuang untuk menegakkan sesuatu yang benar di mata orang tua ku. Karena aku ingin kelak bersama mereka di syurgaNya. Tak ingin membantah dan menyakiti hati mereka. Aku hanya ingin berbakti sebisaku pada mereka. Tapi aku tak ingin baktiku pada ibu dan bapak, menghalangiku untuk beribadah kepada Penciptaku. Doakan aku saja ukh, agar aku selalu di beri kekuatan dan selalu bisa tersenyum, apapun yang terjadi di depan dan di belakangku.”
***
Kisah yang luar biasa bukan..?? Subhanallah..
Alkisah, alhamdulillah, akhirnya Diya berhasil meraih hasil dari perjuangannya. Kedua orang tuanya sudah mengizinkan Diya untuk kembali menggunakan jubah dan cadarnya. Alhamdulillah..
Yap... Itu Cuma sebuah gambaran sederhana tentang betapa pentingnya BERPRASANGKA BAIKsetiap saat pada sesama muslim J Percayalah, mereka punya hak untuk mendapatkan khusduzon dari kita. Karena kita bersaudara.
Nah, coba pada buka QS. AL-BAQARAH : 53 “Dan mintalah pertolongan kalian dengan kesabaran dan shalat”
Kuncinya sabar dan tawakal. Serahkan semuanya pada Allah. Ketika kita menegakkan ajaranNya, insya Allah, Dia tidak akan pernah tidur dan sedikitpun meninggalkan kita, yang berjuang di jalanNya.
Okeyyy ukhtiy sholehah..
Semoga kisah pembuka di awal ramadhan kali ini bisa kembali membuat kita instropeksi diri untuk terus dan terus mempelajari ilmu Allah yang begitu terbentang luas di bumi ini. semuanya tertulis jelas, ada yang di dalam kitab suciNya (AL-QUR’AN), ada yang tersampaikan melalui lisan kekasihNya (AL-HADITS) dan ada juga berbagai kebesaran dan ilmu Allah yang bisa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Semoga bermanfaat yaaa ...
#ANNISA penuhmakna#
Sumber : majalah ELFATA edisi 08, dengan beberapa perubahan yang tidak mengurangi isi cerita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar