Bismillaah...
Subhanallah, alhamdulillah, kita masih diberi kesempatan untuk merasakan manisnya bulan penuh berkah ini..
Kesempatan ini, ANNISA akan berbagi kisah yang semoga bisa memberi inspirasi dan semangat pada teman- semua..
Kisah ini bermula dari sebuah perjuangan seorang gadis muslimah. Sebut saja namanya Melati. *hehe, berasa korban kriminal banget. Ganti ah ganti. Sebut saja namanya Tanpopo, haha, nek iki kok koyo jenis-jenis kembang..Tanpopo adalah mahasiswi tingkat 2 di suatu universitas negeri top ten lah di Indonesia. Singkat kisah, nilai hasil akhir semester 4 telah keluar. Semua sudah tertulis rapi di transkrip hasil perjuangannya selama satu semester itu.
Muncullah sebuah nilai yang tak terduga binti mengagetkan.
E.
Berasa langit runtuh. Tsunami seolah menghujani tubuhnya. Hanya diam. Hening. Lalu meneteslah air mata itu.
Tanpopo tak berfikir panjang. Hanya ada rasa bingung, kecewa, sedih. Dadanya terasa begitu terhimpit dan sesak.
Bagaimana tidak kawan..??
E, its mean 0. Kau berjuang mati-matian, yah okelah setengah mati aja, untuk mengerjaan semua tugas selama satu semester, mengikuti semua peraturan yang ada, tugas-tugas, UTS dan UAS. Tapi semua usahanya itu dinilai 0, sist. Astaghfirullah.. bagaiman bisa, kerja keras Tanpopo disamakan dengan seseorang yang tidak pernah sekalipun berangkat kuliah. 0 men.. 0, its very zonk.
Astaghfirullah... Tanpopo hanya bisa terdiam. Dan memandangi nilai E itu menari di antara huruf cantik lainnya.
Namun, Tanpopo bukanlah sosok gadis yang mudah menyerah. Ia segera menyeka air matanya dan befikir secara logis. Ia berfikir dengan mengharap ketenangan hati pada pemilik hatinya.
“Oke..aku harus segera menghubungi dosen koordinator dan menanyakan soal nilai itu. “
Tanpa ba-bi-bu, Tanpopo segera mengetik SMS dengan sopan kepada targetnya. Berkali-kali di SMS tak dibalas, berkali-kali di telefon tak ada respon. Tapi, ia tak hanya melakukan ikhtiar habis-habisan untuk menuntut haknya. Tanpopo menyertai setiap usahanya dengan doa dan tawakal pada Allah, yang telah menetapkan takdir itu padanya.
Ternyata, usahanya yang terus-menerus tanpa ada respon itu, bukannya membuat hati Tanpopo semakin gelisah, tetapi Allah senantiasa memberikan ketenangan dan keridhoan pada hatinya. Ia tetap berusaha menghubungi dosen tersebut tapi kali ini sudah dengan kepasrahan seutuhnya. Belum lagi, ia mencoba untuk tetap berfikir positif tentang sikap dosennya. Yah, di kala setiap orang merasa di acuhkan, di PHP-kan, pasti akan keluar berbagai sumpah serapah dan kutukan macam kebun binatang, berbeda dengan sosok Tanpopo. Sebagai seorang muslimah yang mencoba meluruskan semua hanya untuk meraih ridho Allah, ia tetap menjaga sikap khusnudzonnya pada sang dosen, juga pada Allah tentunya.
Alhamdulillah. Usahanya terjawab. Telefon yang selama ini hanya berbunyi tut..tut..tut.., kini akhirnya terdengar suara balasan dari seberang.
“Assalamu’alaykum”
“Wa’alaykumsalam warrahmatullahi wabarakatuh. Maaf bu, mengganggu.”
“Ya.”
“Saya, Tanpopo bu, mahasiswi 2011, yang mengambil mata kuliah ibu.”
“Ya.”
“Maaf bu, saya ingin bertanya. Kenapa nilai UTS saya tidak ada ya bu..?? sehingga nilai akhir saya E. Padahal saya sudah mengikuti UTS, saya juga sudah mengikuti semua peraturan yang ada selama satu semester. Tugas-tugas, absensi, UTS juga UAS, bu. Bagaimana ya bu..?”
“Oh. Tapi nilai UTS kamu kosong.”
“Kenapa bisa begitu bu..?”
“Karena saya tidak menemukan berkas kamu.”
“Maksudnya bu..?”
“Kertas ujian kamu tidak ada dalam berkas saya.”
Jleg... Hening. Tanpopo kembali terdiam. Tak bisa melanjutkan pertanyaannya untuk mendapat kejelasan. Karena kalimat terakhir itu sudah sangat jelas baginya. Inilah jawaban atas ikhtiarnya selama ini. Atas doa dan tawakalnya.
Allah menghilangkan kertas ujiannya. Allah yang berkehendak.
Bukan. Bukan dosen yang salah. Bukan pula pengajaran. Bukan. Bukan mereka yang salah dan tidak ada yang salah.
Telefon di tutup.
Kali ini, air mata Tanpopo kembali terjatuh. Ia merasa sedih. Sedih setengah mati. Kali ini mati 100 persen. Sangat amat teramat sedih. Bagaimana tidak..? usahanya belajar untuk ujian UTS telah ia lakukan jauh-jauh hari. Bahkan pada hari H, ia mengizinkan teman-teman sekitarnya untuk mencontek jawaban dai kertasnya. Tapi hasilnya..?? hasilnya apa..?? teman-teman yang mencontek itu mendapatkan nilai A atau B. Sedangkan Tanpopo..??
Bahkan kertas ujian yang menjadi sumber contekan bagi teman-temannya itu saja tak tahu kini ada dimana..
“Ya Allah, kenapa..?? kenapa harus kertasku yang Kau hilangkan..?? kenapa bukan kertas teman-temanku yang berbuat curang itu..?? ya Allah, apa yang harus aku lakukan..?? apa aku benar-benar harus mengulang mata kuliah ini di tahun depan..?? astaghfirullah..ya Allah, apa tidak ada tempatku untuk meminta keadilan lagi..?? aku ingin menuntut hakku ya Rabb..”
Tanpopo memutuskan untuk segera melakukan shalat dhuha dan melupakan semua perasaan kecewanya pada sang pemilik hati. Dalam shalatnya, Tanpopo tak kuasa menahan sesaknya dada yang begitu menghimpit. Ia menangis sejak awal takbiratul ihram hingga ia mengucap salam. Tapi, ada satu hal yang ia begitu tangisi dengan sangat. Bukan. Bukan karena kertas ujiannya yang hilang itu. Bukan karena itu. Lebih dari itu. Karena Allah memberikan hikmah begitu indah dalam kejadiannya.
“Ya Allah ya Rabb.. ini hanyalah perkara dunia. Hanya di dunia. Dan beginilah dunia. Tak kan ada yang namanya keadilan di dunia ini, selama manusia yang memutuskan perkara. Takkan pernah ada kau temukan keadilan. Ya Allah ya Rabb, bagaimana mungkin aku bisa merasa begitu sedih dengan hal sesepele ini..?? bagaimana jika, kelak di akhirat, ketika Allah memberikan rapor atas semua ibadahku bertahun-tahun di bumi, dengan segala keyakinan bahwa aku telah beribadah bertahun-tahun, setidaknya berusaha beribadah sebaik mungkin seumur hidupku, tiba-tiba Allah dengan enteng mengatakan “SEMUA IBADAHMU ITU SEMU”. Dan raporku semua bernilai E. Astaghfirullah. Ya Allah ya Rabb, mau lari kemana lagi aku saat itu..?? mau protes ke siapa lagi..? mau berteriak kemana..? mau mencari keadilan pada siapa..?? sedangkan Dzat yang ada di hadapanku itu adalah Dzat yang Maha Adil, dan tanpa celah. Ia tak mungkin mendzolimi hambaNya sedikitpun. Astaghfirullah.. ya Allah ya Rabb.. ini hanya perkara dunia. Ini hanya soal kertas ujian hilang. Bahkan aku tak tahu ada hikmah apa di balik hilangnya kertas ujianku itu. Astaghfirullah.. ya Allah ampuni hamba ya Rabb...”
Tanpopo menutup hikmah hari itu dengan membaca Q.S. AL-KAHFI.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.” (18;7)
“...Kami benar-benar tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang mengerjakan perbuatan yang baik itu.” (18;30)
“...MASYA ALLAH, LA QUWWATA ILLA BILLAH, (Sungguh atas kehendak Allah, semua ini terwujud)...” (18;39)
“..Pertolongan itu hanya dari Allah Yang Maha Benar. Dialah (pemberi) pahala terbaik dan (pemberi) balasan terbaik.” (18;44)
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu, serta lebih aik untuk menjadi harapan.”(18;46)
“...Dan Tuhanmu tidak menzalimi seorang juapun.” (18;49)
***
Subhanallah...
Kisah yang begitu mengispirasi kita semua, bukan..??
Tanpopo adalah satu contoh seorang hamba Allah yang manusiawi. Ia sedih ketika sebuah ujian mengunjunginya. Ia menangis dan meneteskan air mata ketika rasa sakit dan kecewa menghinggapi hati. Tapi ia tak kunjung berlarut pada perasaan manusiawi itu. Ia segera mengusirnya dengan menumpahkan segala rasa kecewa dan sedihnya itu pada Pemilik Ketenangan Hati, Allah SWT. Kita sering mengalami ujian, kan..?? tapi kita terlalu berlarut akan ujian itu dan menjadi pengutuk akan ketetapan terbaik Allah. Kita terus mengeluh, menangis dan merasa payah.
Jadi...melihat sosok Tanpopo, kita mengambil hikmah untuk terus berikhtiar, berdoa dan bertawakal ketika ujian menghampiri. Tetap menjaga prasangka baik dalam berbagai kondisi. Daaannn, yang terpenting adalah tetap bersyukur dan bersabar atas datangnya ujian dari Allah. Meyakini betul bahwa setiap ketetapanNya PASTI BAIK dan KITA MAMPU untuk melaluinya. Kita juga harus tetap berfikir kalau itu semua HANYALAH PERKARA DUNIA.
Kalau dapat nilai E saja menangisnya sudah seember..Lalu,bagaimana kalau kita TIDAK MENGERJAKAN SHOLAT, LALAI DALAM SHOLAT, apakah kita akan menangis sebombay itu..?? Astaghfirullah.. Ini di dunia, kita masih bisa protes pada dosen, bisa memberikan berjuta alasan. Tapi besok..?? ketika sudah di hadapan Allah..?? apa masih sanggup mulut ini mengeluarkan sepatah kata untuk membuat sebuah alasan..?? Astaghfirullah..
Alhamdulillah, di bulan Ramadhan ini, semoga hati ukhtiy sholehah semua semakin menjadi peka atas nikmat-nikmat kecil Allah, selalu menjaga sikap khusnudzon pada Allah dan semua orang serta menyerahkan semua yang terjadi pada Allah. Ingat sistaaa, semua ujian yang kita alami ini, hanyalah perkara duniawi J
#ANNISApenuhmakan
#spirit4ramadhan
Tunggu kisah selanjutnya yaaaa,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar