Senin, 05 November 2012

Kurban

Tahu ga sih?Ternyata peristiwa kurban itu punya sejarah panjang, gacuma sejarah kurbannya Nabi Ibrahim as.dan Nabi Ismail as. yang berhasil dibukukan. Jadi gini nih sejarahnya…yuk disimak :D ,

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah ke pada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu ke pada-Nya. dan berilah kabar gembira ke pada orang-orang yang tunduk patuh (ke pada Allah).” (Al Hajj: 34).

1. Kurban Di masa Nabi Adam As.

"Ceritakanlah ke pada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, Maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!". berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa". (Al Maidah: 27).

Allah SWT. memerintah Adam agar mengawinkan Qabil dengan saudara perempuan kembar Habil yang bernama Lubuda yang tidak bagus rupa dan mengawinkan Habil dengan saudara perempuan kembar Qabil yang bernama Iqlima yang cantik rupa. Pada saat itu Adam dilarang Allah SWT. mengawinkan perempuan ke pada saudara laki-lakinya yang kembar. Namun Qabil menolak hal ini, sementara Habil menerima. Qabil ingin kawin dengan saudara perempuan kembarnya sendiri yang cantik rupa. Maka Adam menyuruh kedua anaknya untuk berkurban, siapa yang diterima kurbannya, itu yang menjadi suami bagi saudara perempuan kembar Qabil yang cantik

Kemudian kedua anak Adam itu berkurban, Habil adalah seorang peternak kambing dan ia berkurban dengan Kambing Qibas yang berwarna putih, matanya bundar dan bertanduk mulus, dan berkurban dengan jiwa yang bersih. Dan Qabil adalah tukang bercocok tanam, Ia berkurban dengan makanan yang jelek, dan niat yang tidak baik. Maka diterima kurbannya Habil dan tidak diterima kurbannya Qabil. Dan kurban-kurban itu diletakkan di sebuah gunung dan tanda diterimanya kurban itu ialah dengan datangnya api dari langit lalu membakarnya. Dan ternyata api menyambar Kambing Qibas kurbannya Habil, sebagai tanda diterima kurbannya. Melihat hal demikian Qabil marah, dan membunuh saudaranya.



2. Kurban di masa Nabi Idris As.

Disunnahkan ke pada kaum Nabi Idris as. yang taat ke padanya antara lain; beragama Allah SWT., bertauhid, ibadah ke pada khaliq, membersihkan jiwa dari siksa akhirat dengan cara beramal shalih di dunia, bersifat Zuhud, adil, puasa pada hari yang ditentukan pada tiap bulan, berjihad, berzakat dan sebagainya. Dan bagi kaum Idris ditetapkan hari-hari raya pada waktu-waktu yang tertentu, serta berkurban; di antaranya saat terbenam matahari ke ufuk dan saat melihat hilal. Mereka diperintah berkurban antara lain dengan al-Bakhûr (dupa atau wangi-wangian), al-Dzabâih (sembelihan), al-Rayyâhîn (tumbuhan-tumbuhan yang harum baunya), di antaranya al-Wardu (bunga ros), dan al-hubûb biji-bijian, seperti al-Hinthah (biji gandum), dan juga berkurban dengan al-Fawâkih (buah-buahan), seperti al-‘Inab (buah anggur).

3. Kurban di masa Nabi Nuh As.

sesudah terjadi taufan (banjir) Nûh, Nabi Nûh as. membuat tempat yang sengaja dan tertentu untuk meletakkan kurban yang nantinya kurban tersebut sesudah diletakkan di tempat tadi, dibakar.

4. Kurban di masa Nabi Ibrahim As.

Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa usia Ismail sekitar 6 atau 7 tahun. Sejak dilahirkan sampai sebesar itu, Nabi Ismail senantiasa menjadi anak kesayangan. Tiba-tiba Allah memberi ujian ke padanya, sebagaimana firman Allah dalam surat Ash-Shaffaat: 102

“Maka ketika sampai (pada usia sanggup atau cukup) berusaha, Ibrahim berkata: Hai anakku aku melihat (bermimpi) dalam tidur bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan ke padamu, Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.

Dalam mimpinya, Ibrahim mendapat perintah dari Allah supaya menyembelih putranya Nabi Ismail. Ketika sampai di Mina, Ibrahim menginap dan bermimpi lagi dengan mimpi yang sama. Demikian juga ketika di Arafah, malamnya di Mina, Ibrahim bermimpi lagi dengan mimpi yang tidak berbeda pula. Ibrahim kemudian mengajak putranya, Ismail, berjalan meninggalkan tempat tinggalnya, Mina. Baru saja Ibrahim berjalan meninggalkan rumah, syaitan menggoda Siti Hajar: “Hai Hajar! Apakah benar suamimu yang membawa parang akan menyembelih anakmu Ismail?”. Akhirnya Siti Hajar, sambil berteriak: “Ya Ibrahim, ya Ibrahim mau diapakan anakku?” Tapi Nabi Ibrahim tetap melaksanakan perintah Allah SWT tersebut.

Setibanya di Jabal Kurban, sekitar 200 meter dari tempat tinggalnya. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail. Rencana itu pun berubah drastis, sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Ash-Shaffaat ayat 103-107: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, nyatalah kesabaran keduanya. Dan Kami panggilah Dia: "Hai Ibrahim, “Kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan ke pada orang yang berbuat baik”. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar .” 5. Kurban di masa Nabi Musa As.

Penyembelihan kurban berlaku hingga zaman Nabi Musa as. Nabi Musa membagi binatang yang disediakan untuk kurban ke pada dua bagian, sebagian dilepaskan saja dan dibiarkan berkeliaran sesudah di beri tanda yang diperlukan. Dan sebagian lagi disembelih.

6. Kurban Bani Israil.

Umat dulu sebelum kita, jika seorang dari mereka berkurban, orang-orang keluar menyaksikan apakah kurban mereka itu diterima atau tidak. Jika diterima datang api putih (Baidhâ`u) dari langit membakar apa yang dikurbankan. Jika kurbannya tidak diterima, api itu tidak muncul. Dan rupa api itu Lâ dukhâna lahâ wa lahâ dawiyun (api yang tidak berasap dan berbunyi). Dan bila seorang laki-laki dari mereka (Bani Isrâ’îl) bershadaqah, jika diterima turun api dari langit, lalu membakar apa yang mereka shadaqahkan.

7. Kurban di masa Nabi zakaria As dan Nabi Yahya As.

Nabi Zakaria as. dan Nabi Yahya as. adalah di antara nabi dan rasul dari Bani Israil, pada keduanya ada kurban. Dan kurbannya adalah binatang dan Amti'atun (barang-barang) lalu dibakar api.

8. Kurban Pada Bangsa Yahudi dan Nashrani

Bangsa Yahudi merupakan sebagian dari Bani Isrâ’îl. Sementara Bani Isrâ’îl adalah keturunan Nabi Ya’qub As. Nabi Ya’kub bergelar, Isrâ’îl. Pada bangsa Yahudi terdapat kurban yang biasa mereka lakukan demikian juga pada bangsa Nashrani. Kurban pada bangsa Yahudi dan bangsa Nashrani, yaitu melakukan pengurbanan dengan membakar sebagai sesaji yang bertujuan mengingat-ingat kesalahan, yaitu dengan menyembelih sapi dan kambing jantan yang mulus, tidak cacat. Dengan menghidangkan: tepung, minyak dan susu. Kurban karena adanya ketentraman, sebagai rasa syukur ke pada al-Rabb . Kurban pada bangsa Nashrani, antara lain persembahan missa seorang Kahin berupa roti dan arak. Yang menurut keyakinan mereka, hakikatnya roti dan arak yang mereka kurbankan ditukar dengan daging dan darah al-Masih.

9. Kurban Pada Bangsa Arab Jahiliyah.

Bangsa Arab Jahiliyah juga suka berkurban. Kurban mereka dipersembahkan untuk berhala-berhala yang mereka sembah. Kurbannya ada binatang yang disembelih untuk berhala dan ada binatang yang dilepas bebas berkeliaran, juga untuk berhala. Cara kurban Arab Jahiliyah, yaitu jika mereka menyembelih binatang, memercikan darahnya pada permukaan al-baet (ka’bah), dan memotong-motong dagingnya lalu mereka simpan di atas batu.

Selain kurban yang disembelih, juga ada kurban Jahiliyah yang dilepas untuk sembahan mereka, yaitu Bahîrah, sâibah, washîlah, hâm.

* Bahîrah, ialah unta betina yang telah beranak lima kali, dibebaskan, tidak boleh diganggu. Jika anak yang kelima jantan, mereka sembelih dan boleh dimakan baik oleh laki-laki atau perempuan. Jika Betina dibelah telinganya, dan hanya dapat diambil manfaatnya oleh laki-laki, tidak boleh oleh wanita. Jika betina itu mati, halal, baik bagi laki-laki atau wanita.

* Sâibah, yaitu unta jantan yang dilepas, tidak boleh diganggu karena dipakai nazar pada Thaugut-thaugut mereka. Orang Arab Jahiliyah jika mereka sakit atau sesuatu yang hilang kembali lagi, mereka jadikan unta jantan saibah ini sebagai kurban.

* Washîlah, ialah domba betina jika melahirkan betina, mereka makan. Jika lahir jantan dipersembahkan untuk Tuhan mereka. Jika kembar, mereka tidak menyembelih yang jantan karena untuk Tuhan mereka.

* Hâm, ialah unta jantan yang telah dapat membuntingkan unta betina 10 kali, tidak boleh diganggu karena untuk Tuhan mereka.

Sembelihan Jahiliyah itu terbagi tiga:

1. Untuk mendekatkan diri ke pada sesuatu yang dipuja. Sembelihan dengan maksud ini cara kurbannya dibakar, mereka mengambil kulitnya saja, dan mereka berikan ke pada Kahin (dukun).

2. Untuk meminta ampun. Untuk maksud ini, dibakar separuh, dan separuhnya lagi diberikan ke pada kahin (dukun).

3. Untuk memohon keselamatan. Untuk maksud ini mereka makan.

10. Kurban Abdul Muthalib (Kakek Nabi SAW).

Pada waktu Ayah Nabi, Abdullah bin Abdul Muthalib, belum dilahirkan. Abdul Muthalib pernah bernazar ke pada berhalanya bahwa jika anaknya laki-laki sudah ada sepuluh orang maka salah seorang dari mereka akan dijadikan kurban di muka berhala yang ada di sisi Ka'bah yang biasa di puja oleh bangsawan Quraisy. Oleh sebab itu, setelah istri Abdul Muthalib melahirkan anak laki-laki maka genaplah kesepuluh anaknya. Abdul Muthalib bermimpi pada suatu malam ada suara yang memanggil, yang ia tidak mengerti maknanya, yaitu, Ihfir Thayyibah!, lalu pada malam kedua bermimpi lagi, Ihfir Barrah!, berikutnya bermimpi, Ihfir Madhmûnah! dan malam keempat suara dalam mimpinya yaitu, Ihfir Zamzam!. Setelah itu baru ia mengerti dan bermaksud untuk melaksanakan mimpinya itu.

Sebelum pelaksanaan kurban itu, Abdul Muthalib mengumpulkan semua anak laki-lakinya dan mengadakan undian. Pada saat itu undian telah jatuh pada diri Abdullah. Padahal Abdullah itu seorang anak yang paling muda, yang paling bagus rupanya, dan yang paling dicintainya. Tetapi apa boleh buat, undian jatuh ke padanya, dan Abdullah menurut saja apa yang menjadi kehendak ayahnya.

Seketika tersiar kabar di seluruh kota Mekkah, bahwa Abdul Muthalib akan mengurbankan anaknya yang paling muda. Namun ketika itu orang-orang quraisy menolak dan menghalanginya. Hingga mereka mendatangi seorang al-‘Arâfat, yaitu kahin di Yatsrib. Kahin Yatsrib menghukumi mereka supaya mengundi antara Abdullah dengan unta. Bila keluar unta, maka sembelih unta. Jika yang keluar Abdullah maka setiap kali keluar diganti dengan 10 ekor unta. Lalu mereka kembali ke Mekkah, dan melakukan undian antara Abdullah dengan 10 ekor unta. Undian pertama keluar Abdullah, lalu diganti dengan 10 ekor unta. Hal ini berulang sampai undian yang kesembilan yang keluar Abdullah, baru yang kesepuluh keluar unta. Maka Abdul Muthalib mengganti Abdullah dengan 100 ekor unta untuk berkurban. Dan dengan demikian Abdullah urung dijadikan kurban oleh ayahnya.

Dengan adanya peristiwa itu. Maka Nabi Muhammad SAW.setelah beberapa tahun lamanya menjadi rasul pernah bersabda, “Aku anak laki-laki dari dua orang yang di sembelih "Ibnu Dzabihain"."

11. Kurban Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW melakukan kurban pada waktu Haji Wada di Mina setelah solat Iedul Adha. Beliau menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor d sembelih oleh Sayyidina Ali Ra.

"Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syi'ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, Maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam Keadaan berdiri (dan telah terikat). kemudian apabila telah roboh (mati), Maka makanlah sebagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu ke pada kamu, Mudah-mudahan kamu bersyukur." (Al Hajj:36).

Ayat ini menjelaskan binatang yang dijadikan kurban, tujuan kurban, cara menyembelih hewan kurban, kapan memakan daging kurban, siapa yang dapat memakan daging kurban. Binatang kurban, yaitu al-Budnu, dalam bahasa ialah nama yang khusus bagi unta. Sedangkan sapi dipandang sama menempati tempat unta dalam hukumnya karena Nabi Saw berkata, "Unta dijadikan dalam tujuh (bentuk) dan sapi merupakan bagian dari ketujuh bentuk itu."

WaAllhu A'lam bi showab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar