Rabu, 24 Juli 2013

#ANNISA penuh makna, HADIAH YANG TAK TERSAMPAIKAN

Bismillaah...

Waaaa, udah lama yah, #ANNISApenuhmakna gak berbagi makna kece selama ramadhan niii...
Kali ini, kisah yang bikin ANNISA tersentuh banget pas bacanya. Nah, karena itu, kali ini pengen banget bagi buat ukhtiy-ukhtiy yang sholehah..

Begini ceritanyaaa...
Alkisah,

Ada seorang keluarga sangat bahagia. Ini bener-bener bahagia yang gak pake lebay plus bumbu alay lho. Mereka hidup dengan harta yang berlimpah, anggaplah kaya raya konglomerat.  Keluarga ini, bisa di bilang keluarga super inti, karena cuman punya anak semata wayang. Dan itu cewek pula. Terus..?? yah, bukan kenapa-napa juga sih, cuman cewek semata wayang ini, jadilah ia menjadi seorang gadis superior bak princess. Di mana semua kebutuhan, semua keinginan dan semua harapannya, selalu terwujud. Garis bawah yaaa, SELALU TERWUJUD.

Sampai akhirnya, entah bagaimana kisahnya, si ibu meninggal dunia. Sepertinya hal itu gak begitu ngefek sama sosok gadis semata wayang itu. Hanya sosok ayah yang berubah total. Menjadi super ketat dalam menjaga sang anak. Semua-muanya, apapun akan ayah itu lakukan untuk membuat sang anak, satu-satunya teman dalam hidupnya itu menjadi bahagia.

Sang ayah berusaha keras untuk selalu menyunggugkan senyuman di wajah anak gadisnya itu. Merawatnya dengan penuh cinta kasih, meluangkan waktu sebanyak mungkin untuk bersama dengan putrinya. Hingga sampailah pada detik-detik, sang putri lulus dari kuliahnya. Menjadi salah satu profesi paling bergengsi di kampusnya.

Hari kelulusan pun tiba,

Sang putri mengharapkan sebuah hadiah teristimewa di hari indahnya itu.

Ia berharap-harap cemas dalam menanti kehadiran sang ayah. Bukan. Bukan untuk memeluknya dan menyampaikan rasa terima kasih pada sang ayah. Pejuang yang begitu sungguh-sungguh membuatnya selalu tersenyum.  Bukan untuk itu.

Ketika sang ayah datang. Sang anak terlihat begitu sumringah, melihat sebuah kotak kado yang begitu indah  yang ada di tangan ayahnya. Tak lupa seikat bunga cantik sebagai tanda kelulusan sang putri.

“Ini untukmu nak..”

“Aaaa..ayah..teri...”
Prang....!!!

Sang gadis membanting kado yang terbungkus cantik itu ke lantai.

Jelas bingung, kaget dan tak mengerti. Sang ayah hanya terdiam dan memandangi kado yang telah ia siapkan sejak lama dengan keringatnya berbulan-bulan.

“Ayah jahat...!!!”

Sang anak hanya mengeluarkan dua kata itu lalu pergi berlari meninggalkan ayahnya yang masih diam memandangi semua hadiah yang terjatuh begitu saja di lantai.

Seikat bunga kesukaan anaknya telah ia siapkan dengan rapi dan cantik.

Tapi, sang ayah hanya terdiam. Ia tak ingin mengejar putrinya itu. Karena ia tahu, kalau emosi anak satu-satunya itu masih begitu membara. Akhirnya, dengan tetap tersenyum oada orang-orang sekitar yang melihat adegan “tak terduga” itu, sang ayah mengumpulkan itu dan membawanya pulang.

Berhari-hari, tak ada komunikasi yang terjalin antara anak dan bapak. Mereka tinggal serumah, mereka makan di meja yang sama. Tetapi tetap saja. Sang ayah tak ingin semakin menyakiti hati anaknya, walaupun sampai dengan detik itu, ia tak tahu sama sekali, mengapa anaknya begitu marah dengan kado darinya. Ia tak paham. Dan ia tak ingin, sungguh-sungguh tak ingin menyakiti anak gadisnya itu jikalau ia salah dalam berucap.

Hari berganti minggu. Minggu menjadi bulan. Hingga berganti tahun.

Sang anak gadis telah memiliki keluarga hebat. Ia bekerja dengan profesi hebatnya itu. Memiliki seorang gadis yang hebat pula.

Sampai akhirnya sebuah kabar berita mengejutkan membuat sang gadis harus kembali pada sang ayah.

“Nduk, ayahmu meninggal pagi ini. kembalilah ke rumah nduk...lihatlah ayahmu untuk terakhir kalinya..”
Telefon singkat dari pembantu pribadi rumahnya itu, membuat diri si gadis menjadi tak karuan. Ia terjatuh memegang gagang telefon dan tak terasa, air matanya menetes begitu deras. Tanpa ba bi bu, ia segera menyetir mobil menuju rumah ayahnya. Rumah yang dulu begitu indah dan mungkin akan selalu indah. Entahlah.

Kembali memasuki rumah megah itu. Kenangan indah bersama sang ayah terputar kembali. Senyuman sang ayah, belaian lembutnya, tawa yang begitu terasa indah dan tak terlupakan. Saat-saat indah itu terasa begitu menyakitkan baginya, ia merasa sangat menyesal telah berlaku tak adil dengan ayahnya. Setelah acara pemakaman selesai, sang gadis hanya terduduk lemas di dalam kamar orang tuanya yang kini telah tiada semua.

Tak bersisa.

Ia memandangi satu per satu foto kedua orang tuanya. Memandangi wajah kebahagiaannya dan sang ayah dalam menjalani hidup bersama bertahun-tahun. Kelulusan demi kelulusan terpampang jelas dalam tiap foto cantik di dalam kamar ayahnya. Hanya ada satu yang tak terlihat. Foto kelulusan kuliahnya. Saat ia di sumpah secara resmi menjadi seorang dokter. Profesi yang begitu ayahnya inginkan. Tapi seumur hidup, ayahnya tak pernah melihat anaknya sungguh-sungguh menjadi seorang dokter..

“Apa ini..??”

Seolah kembali berjalan pada masa lalu.

Sebuah jaket kulit cantik yang terlihat begitu mahal. Dengan merk yang terkenal di dunia. Tampak usang. Jelas saja, sudah bertahun-tahun silam, hadiah itu tak pernah terbuka dari kotak cantik itu. Sudah berdebu.
Sang gadis hanya terduduk lemas di samping tempat tidur ayahnya, memeluk erat jaket itu. Itu adalah hadiah terakhir yang ia dapatkan dari ayahnya. Hadiah yang tak ia inginkan. Sungguh. Karena di usianya dulu ketika lulus menjadi dokter, ia begitu memimpikan hadiah terindah sebuah...

“Apa ini..??”

Ia merogoh saku di jaket kulit dan ia menemukan sebuah barang yang tak terduga.

Sebuah kunci mobil.

Tak perlu waktu lama baginya untuk segera berlari meninggalkan kamar ayahnya dan menuju tempat yang paling tepat.

Garasi.

Terduduk lemas melihat sebuah mobil yang dulu begitu ia inginkan. Begitu. Sangat amat ia mimpikan saat ia melempar kado terakhir itu di hadapan banyak orang di saat kelulusannya.

“Ayah....maafkan aku..”

Hanya kalimat sederhana itu yang ia ucapkan. Hanya kata itu yang sanggup ia utarakan di hadapan kado terakhirnya itu. Kado yang tak sempat tersampaikan..

***
Masya Allah...
Netes banget gak sih nih kisah..
Itu hal yang sering kita lakuin, terlalu ter buru-buru dalam memberikan respon pada  sikap orag tua kita.

Hanya satu si yang bisa ANNISA sampaikan, SEMUA YANG ORANG TUA LAKUKAN UNTUK KITA ITU INSYA ALLAH HANYA UNTUK MEMBAHAGIAKAN ANAKNYA. Insya Allah begitu saja..

Semoga kisah ini bisa membuat hati kita semakin peka pada kasih sayang orang tua kita, sekalipun rasa cinta itu terkadang di balut dengan hal-hal yang tidak kita sukai.

Ukh, sayangi ibu dan ayah kita selagi mereka masih ada yaaa, mumpung di bulan ramadhan niii, banyak-banyak menghabiskan waktu dengan birul walidain deh, hehehe..

*tunggu kisah selanjutnya yaaaa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar